-->
Generasi EmasClose

Saturday, February 11, 2017

HATI-HATI SIKAP RIYA DAN MEMBANGGAKAN DIRI

Riya adalah suatu sikap seseorang yang beramal shalih dengan maksud untuk dilihat/dipuji oleh orang lain.
Saya prihatin pada pola hidup kebanyakan manusia di era canggih sekarang ini yang suka menunjukkan harta yang mereka punya, memperlihatkan ibadah yang mereka lakukan atau membanggakan sendiri atas sesuatu yang mereka capai di sosial media. Dan secara tidak sengaja ataupun sengaja saya pun termasuk bagian dari mereka.


     Di era modern yang segalanya serba canggih, gadget-gadget yang ditawarkan dan banyaknya jejaring sosial, membuat kita mulai dari anak kecil, abg, remaja, dewasa sampai orang tua dari latar belakang kehidupan ekonomi yang berbeda mulai dari ekonomi rendah sampai atas, latah dan kecanduan.
     Saya buka facebook, saya melihat-lihat postingan yang ada. Ada berisi dakwah yang sangat bagus, ada foto-foto tentang kepedulian manusia yang menarik simpati, ada bacaan-bacaan dari motivator yang cukup memotivasi, ada foto-foto wisata yang menarik, ada yang jualan, ada foto-foto ekspresi diri, ada postingan galau, ada foto-foto yang memperlihatkan sesuatu yang mereka punya, ada foto yang menunjukkan kemesraan dengan yang bukan muhrimnya, ada postingan yang secara tersirat membanggakan diri sendiri, dan lain-lain.
     Saya buka instagram, saya lihat gambar-gambar yang ada. Ada gambar-gambar yang menawarkan jualan, ada gambar-gambar objek wisata, ada foto-foto ekspresi diri, ada gambar-gambar yang memperlihatkan harta yang mereka punya, ada gambar-gambar yang menunjukkan membanggakan diri sendiri atas prestasi yang mereka peroleh, dan lain-lain.
Itu baru dua sosial media, masih ada twitter, path, dan juga bbm sobat.
     Saya tertarik dengan foto-foto yang memperlihatkan harta yang mereka punya, seperti rumah, mobil, motor, dan sebagainya serta postingan-postingan yang membanggakan diri sendiri atau ibadah yang mereka lakukan. Contoh status di sosial media: "Alhamdulillah buka dengan somay", "Alhamdulillah kesampaian tujuanku" (dengan upload foto mobil atau motor mahal), "HPku rusak untung masih ada komputer buat buka Facebook", "Alhamdulillah saya lulus dan masuk sekolah bergengsi di kelurahan ini", "Alhamdulillah saya dapat juara umum 1 di sekolah saya" (sambil memposting FOTO TANDA BUKTI),  dan masih banyak lagi.
     Lalu saya bertanya pada diri sendiri, apakah itu termasuk pamer/riya/sum'ah? Bagaimana juga tentang pamer/riya/sum'ah ibadah di sosial media? Lalu bagaimana dalam pandangan Islam? Saya mencoba mengkaji tentang semua yang menjadi pertanyaan saya dengan pedoman Al-Quran dan Al-Hadits.
     Berikut Hadist tentang riya yang diriwayatkan oleh Muslim:
"Abu Hurairah r.a juga meriwayatkan, katanya : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Orang pertama yang akan diputuskan pada hari kiamat nanti ialah seorang yang gugur sebagai syahid di medan perang, dia dikenalkan tentang kenikmatan, lalu ia pun mengenalnya. Setelah itu Allah menanya: Untuk apa yang engkau perbuat dalam perang itu? Jawabnya: Saya berperang demi nama-Mu hingga aku mati.  Dijawab oleh Allah: Engkau berdusta, tetapi engkau berperang (dengan niat) supaya dikenal pemberani. Setelah dijawab demikian, kemudian diperintahkan untuk diseret ke neraka dengan tengkurap. Selanjutnya dihadapkanlah seorang terpelajar dan mengajarkan ilmunya serta membaca Al-Qur'an dengan baik. Setelah dihadapkan, dan diperkenalkan akan kenikmatannya, dan ia pun mengenalnya, lalu ditanya: Untuk apa engkau lakukan itu semua? Dijawabnya: Saya pelajari ilmu itu dan saya ajarkannya serta kubaca Al-Qur'an semata-mata demi nama-Mu. Jawab Allah: Engkau berdusta, tetapi engkau belajar ilmu supaya engkau dikenal sebagai seorang alim, dan engkau baca Al-Qur'an supaya dikenal sebagai qori' (ahli baca Al-Qur'an). Setelah itu, kemudian diperintahkannya supaya diseret dengan tengkurap, lalu dilempar ke dalam neraka. Berikutnya adalah seorang yang dikaruniai Allah harta yang berlimpah dan telah mendermakan berbagai macam hartanya itu. Setelah dihadapkan, lalu dikenalkan semua kenikmatannya, dan ia pun mengenalnya, lalu ditanya: Untuk apa semua itu engkau lakukan? Jawabnya: Tiada suatu pun jalan (sarana) yang Engkau anjurkan membelanjai, melainkan pasti saya sumbang, semata-mata demi nama-Mu. Jawab Allah: Engkau berdusta, tetapi engkau lakukan itu semua supaya engkau dikenal seorang dermawan. Setelah semua terjawab, kemudian diperintahkannya supaya diseret dengan tengkurap untuk dilempar ke dalam neraka". (HR. Muslim)
أَخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَى أٌمَّتِى الشِّرْكُ الصَّغِيْرُ وَهُوَ الرِّيَآءُ(رواه مسلم
Artinya :
Syirik yang paling kukhawatirkan terhadap umatku adalah syirik yang sangat samar, yaitu riya'  (HR. Muslim)
     Riya termasuk perbuatan syirik yaitu memperlihatkan amal perbuatan/ibadah yang dia lakukan untuk dilihat dan dipuji orang lain. Termasuk ke dalam riya, sum'ah, yaitu melakukan amal perbuatan untuk didengar orang lain sehingga mendapat pujian dan ketenaran. Riya bisa menyebabkan kita dilempar ke neraka sebagai hukumannya. Naudzubillah min dzalik...
   Selain riya, ada sifat tidak terpuji lain yang tidak disukai  Allah, yaitu sombong lagi membanggakan diri. Islam mencela dan melarang sifat sombong lagi membanggkan diri. Allah SWT berfirman yang artinya:
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman:18)

Firman Allah SWT lainnya dalam surah An Nahl ayat 23, yang artinya:
“Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. An Nahl: 23) 

Saudara-saudaraku yang dicintai Allah... 
     Kebalikan dari sikap sombong lagi membanggakan diri adalah sifat tawadhu' (rendah hati). Sikap ini merupakan sikap terpuji yang Allah terangkan dalam firmannya:

“Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih adalah orang-orang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati (tawadhu’) dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. Al Furqaan: 63)

     Diriwayatkan dari Iyadh bin Himar ra bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, artinya:
"Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap rendah hati hingga tidak seorang pun yang bangga atas yang lain dan tidak ada yang berbuat aniaya terhadap yang lain”(HR Muslim no. 2865). 
      Sabda Rasulullah SAW yang lain mengatakan bahwa orang yang tawadhu karena Allah maka Allah akan menaikkan derajatnya. Hadits yang diriwayatkakan oleh Muslim tersebut yaitu:
“Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaan untuknya. Dan tidak ada orang yang tawadhu’ (merendahkan diri) karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim no. 2588) 
     Itulah beberapa hadist dan firman Allah  SWT yang dapat memperjelas pernyataan di atas. 
Bagaimana dengan anda? Merasa tersinggung? Bagus donk.. Berarti kita sama. Coba deh, lihat lagi status-status sosial media sobat. Adakah unsur riya di sana? Kalau ada, coba lihat. Adakah yang perduli kepada anda dengan memberi tahu bahwa hal tersebut tersebut tidak baik? Ataukah ada, tetapi andanya yang merasa tersinggung langsung menghindar dengan berjuta-juta alasan? Atau anda malah merasa hal tersebut adalah wajar? Yuk.. Sobat. 
Marilah kita mulai bercermin, koreksi diri dan tidak latah dalam bertindak, agar kita tidak bersikap riya/pamer/sum'ah atau sombong lagi membanggakan diri. Tanamkanlah sikap tawadhu', sederhana, tapi bukan berarti pelit semoga kita termasuk hamba Allah yang ditingkatkan derajatnya oleh Allah SWT.
Salam Generasi Emas..


Sumber: Berbagai Sumber

Facebook Twitter Google+

1 comment:

© 2017 Generasi Emas | Theme by Mas Juni